Materi kedelapan yang dibahas dalam pelajaran bahasa Indonesia kelas 10 semseter genap adalah materi tentang Teks Puisi. Materi Teks Puisi bahasa Indonesia ini sangat penting dibekali kepada siswa agar mampu  mampu mendalami puisi dengan memahami, menulis, dan mendemonstrasikannya dengan baik yang terdapat dalam antologi puisi.

Nah, dalam tulisan ini, saya akan coba membagikan materi tentang Teks Puisi bahasa Indonesia kelas 10 berdasarkan buku teks resmi yang dikeluarkan oleh Kemendikbud.  Semoga ini dapat membantu Anda semua.

Materi Teks Puisi Bahasa Indonesia

Materi yang akan kita bahas kali ini ruang lingkupnya cukup komprehensif. Mulai dari pengertian Teks Puisi, Suasana, Unsur, Langkah-Langkah Membaca Puisi, Cara Menulis, & Contoh.

Pengertian Teks Puisi

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam bahasa yang indah dan sifatnya yang imajinatif. Bahkan puisi juga dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan penulis (penyairnya). Pesan yang ingin disampaikan oleh penyair dirangkai dengan kata-kata yang indah, yang berbeda dengan bahasa sehari-hari, bahkan juga berbeda dengan bahasa karya sastra lainnya drama atau prosa

Menentukan Suasana dalam Puisi

Setelah membaca puisi, seringkali perasaan kita jadi terpengaruh oleh isinya. Kadang kita menjadi sedih, marah, atau bersemangat. Puisi yang baik senantiasa mampu meninggalkan kesan mendalam bagi perasaanmu. Misalnya, sebuah puisi cinta yang membuat hatimu menjadi berbunga-bunga atau puisi kritik sosial yang membuat perasaan kemanusiaanmu tersentuh. Alhasil, suasana ialah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. 

Menemukan Tema Puisi

Tema adalah ide dasar yang mendasari sebuah tulisan, termasuk puisi. Tema puisi menjadi inti dari makna atau pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung bermakna konotatif, tetapi tema puisi salah satunya dapat dirunut dengan menggunakan kata-kata kunci dalam puisi tersebut. Tema puisi akan sangat menentukan penyair dalam memiih kata-kata yang digunakan dalam puisinya

Langkah-Langkah Membacakan Puisi 

Seorang pembaca puisi yang hebat mampu menjiwai puisi yang dibacakan dengan baik. Dampaknya, pendengar akan dapat merasakan suasana puisi tersebut serta mampu menangkap makna puisi yang disampaikan penyairnya. 

Ada beberapa hal yang harus dipahami ketika akan membacakan puisi, yaitu dengan mengetahui cara membacanya. Berikut adalah cara-caranya.

1. Rima dan irama 

Artinya dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. 

Membaca puisi berbeda dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi terikat oleh rima dan irama sehingga dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun juga terlalu lambat.

2. Artikulasi atau kejelasan suara 

Artinya suara kita dalam membaca puisi harus jelas, misalnya saja dalam mengucapkan huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/.

3. Ekspresi mimik wajah 

Artinya ekspresi wajah kita harus bisa disesuaikan dengan isi puisi. Ketika puisi yang kita bacakan adalah puisi sedih, maka ekspresi mimik wajah kitapun harus bisa menggambarkan isi puisi sedih tersebut.

4. Mengatur pernapasan

Artinya, pernapasan harus diatur jangan tergesa-gesa sehingga tidak akan mengganggu ketika membaca puisi. 

5. Penampilan 

Artinya, kepribadian atau sikap kita saat di panggung, usahakan terkesan tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa, dan meyakinkan (tidak demam panggung).

6. Intonasi (tekanan dinamik dan tekanan tempo)

Intonasi ialah ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik (tekanan pada kata-kata yang dianggap penting) dan teknanan tempo (cepat lambat pengucapan suku kata atau kata).

Teknik Mendemonstrasikan Puisi 

Dalam mendemonstrasikan puisi, kita dapat menggunakan teknik-teknik sebagai berikut.

  1. Membaca dalam hati puisi tersebut berulang-ulang.
  2. Memberikan ciri pada bagian-bagian tertentu, misalnya tanda jeda. Jeda pendek dengan tanda (/) dan jeda panjang dengan tanda (//). Penjedaan panjang diberikan pada frasa, sedangkan penjedaan panjang diberikan pada akhir klausa atau kalimat.
  3. Memahami suasana, tema, dan makna puisinya.
  4. Menghayati suasana, tema, dan makna puisi untuk mengekspresikan puisi yang kita baca.

Menganalisis Unsur Pembangun Puisi 

Menganalisis Diksi dalam Puisi

Dalam menulis puisi, penyair harus dengan cermat memilih kata-kata agar dapat mewakili makna yang hendak disampaikan serta dapat menimbulkan efek estetis (keindahan) yang diinginkan. Kata-kata yang dipilih penyair berdasarkan pertimbangan dari aspek makna, efek pengucapannya, serta dapat mewakili pikiran dan suasana hati penyair.

Diksi muncul karena adanya:

1. Makna Kias (konotatif)

Contohnya, pada puisi berjudul “AKU” karya Chairil Anwar. Larik binatang jalang dari kumpulannya terbuang dapat diartikan orang yang selalu bersikap memberontak dan berada di luar organisasi formal. Penyair memilih kata ‘binatang jalang’ untuk menggambarkan bahwa ‘aku lirik’ adalah orang yang tidak bisa mengikuti aturan atau norma sosial yang berlaku. Dalam kehidupan nyata, orang-orang seperti ini menjadi orang terbuang, tidak diakui keberadaannya. Oleh karena itu, Chairil memilih kata ‘terbuang.’

2. Lambang (simbol)

Dalam puisi banyak digunakan lambang yaitu penggantian suatu hal/benda dengan benda lain. Ada lambang yang bersifat lokal, kedaerahan, nasional, ada juga yang bersifat universal (berlaku untuk semua manusia). Misalnya, bendera adalah lambang identitas negara, dan bersalaman adalah lambang persahabatan, pertemuan, atau perpisahan.

3. Persamaan bunyi atau rima

Pemilihan kata di dalam sebuah baris puisi maupun dari satu baris ke baris lain mempertimbangkan kata-kata yang mempunyai persamaan bunyi yang harmonis. 

Menjelaskan Imaji dalam Puisi

Pengimajian adalah kata atau susunan yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Terdapat hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian sehingga menjadi kata konkret, seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa.

Jenis-jenis imaji dalam puisi adalah sebagai berikut.

  1. Imaji visual (pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan seolah-olah objek yang dicitrakan dapat dilihat).
  2. Imaji auditif (pengimajian dengan menggunakan kata-kata ungkapan seolah-olah objek yang dicitrakan sungguh-sungguh didengar oleh pembaca).
  3. Imaji taktil (pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang mampu memengaruhi perasaan pembaca sehingga ikut terpengaruh perasaannya).

Mengidentifikasi Kata Konkret dalam Puisi

Kata konkret adalah kata yang memungkinkan munculnya imaji karena dapat ditangkap indera. Ini berkaitan dengan kemampuan wujud fisik objek yang dimaksud dalam kata itu untuk membangkitkan imajinasi pembaca. 

Contoh kata ‘salju’ yang berwarna putih dan rasanya dingin bisa digunakan untuk menyampaikan makna kias tentang kesucian, kehampaan, dan rasa dingin.

Dengan kata konkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Pengonkretan kata ini berhubungan erat dengan pengimajian, pelambangan, dan pengiasan.

Menjelaskan Rima/ Ritme dalam Puisi

Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau katakata dalam larik dan bait. Sementara itu, irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjan pendek kata.

Dengan kata lain, rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama dapat menciptakan efek musikalisasi pada puisi, membuat puisi menjadi indah, dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.

Berdasarkan jenis bunyi yang diulang, ada 8 jenis rima yaitu sebagai berikut.

  1. Rima sempurna, yaitu persamaan bunyi pada suku-suku kata terakhir.
  2. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
  3. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi).
  4. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
  5. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
  6. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
  7. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
  8. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada huruf-huruf mati/konsonan.

Menulis Puisi

Menulis Puisi untuk Mengungkapkan Perasaan terhadap Sesuatu

Salah satu sumber ide untuk menulis puisi yang paling mudah didapatkan adalah berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman adalah segala sesuatu yang pernah dibaca, didengar, dilihat, dirasakan, dan dialami. Misalnya, ketika muncul ide atau gagasan yang kuat berupa hubungan antara penyair dan tuhan, maka puisinya akan bertema ketuhanan. Begitu pula ketika muncul ide atau gagasan yang berkaitan dengan persoalan sosial, puisinya akan bertema kritik sosial.

Menulis Puisi Berdasarkan Berita yang Dibaca atau Didengar

Puisi impresionis adalah puisi yang ditulis berdasarkan kesan pribadi penyair terhadap kenyataan kehidupan. Karena merupakan kesan pribadi, maka yang disajikan dalam puisi impresionus lebih berisi persaan-perasaan hatinya. Objek yang dituangkan dalam puisi impresionis beragam mulai dari manusia, peristiwa, benda, dan sebagainya. Penggambaran kesan terhadap objek-objek tersebut dalam puisi tidak dilakukan apa adanya, tetapi berdasarkan kesan pribadinya.

Puisi ‘Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera itu” karya Aming Aminoedin adalah contoh puisi impresionis. Puisi tersebut merupakan kesan pribadi penyair terhadap peristiwa heroik saat arek-arek Surabaya melawan pasukan Belanda pada tanggal 10 November 1945. Sehingga timbul kesadara bahwa kemerdekaan Indonesia diraih dengan pengorbanan jiwa dan raga.

Contoh Teks Puisi 

Puisi 1

Doa
Karya: Chairil Anwar

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh

Mengingat Kau penuh seluruh

CayaMu panas suci

Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku

Di pintu-Mu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

Puisi 2

Telah Kau Robek Kain Biru pada Bendera Itu
* pahlawan tak dikenal Karya Aming Aminoedin

ribuan orang bergerak sepanjang jalan

berteriak menuju hotel Yamato tengah kota

kibar bendera merah-putih-biru itu

menggemuruhkan gelegak antipati pada hati

tanpa henti tanpa kompromi

ribuan orang bergerak sepanjang jalan

berteriak menuju hotel Yamato tengah kota

ribuan orang memanjat hotel itu, dan kau

telah robek kain biru pada bendera itu

ribuan orang bersorak, gemuruh

“Merdeka negeriku!

Merdeka Indonesiaku”

ribuan orang bergerak sepanjang jalan

berteriak menuju hotel yamato tengah kota

sorak gemuruh mereka itu kian riuh

“Ini negaraku, negara tercinta

Satu Republik, Indonesia Raya!”

Bahasa Indonesia 319

hai bangsa pemabuk, pemilik

bendera merah-putih-biru

jika tak enyah dari negeriku, bambu runcing

akan menuding mengusirmu!

jika tak juga enyah, kutawarkan semangat

dan darah kami muntah, biarkan tubuh kami

berdarah-darah, tapi kau harus

berserah. kau harus menyerah!

telah kau robek kain biru pada bendera itu

tinggal merah-putihnya, kian terasa indah

di mata, mata kita semua!

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Jayalah bangsaku, jayalah negeriku!

Jayalah Indonesiaku!

Mojokerto, 15/8/2011

Puisi 3

Sajak Matahari
Karya: W.S. Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku

Menyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari mulutku,

menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku,

wahai kamu, wanita miskin!

kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantang,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!

Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara,

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan

memantulkan cahaya matahari.

Mata mereka menyala

tubuh mereka menjadi bara

dan mereka membakar dunia.

Matahari adalah cakra jingga

yang dilepas tangan Sang Krishna.

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,

ya, umat manusia!

Yogya, 5 Maret 1976

(Sumber: Antologi Puisi Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980)

Puisi 4

Ibu
Karya: D. Zamawi Imron

Kalau aku merantau

lalu datang musim kemarau

sumur-sumur kering,

daunan pun gugur bersama reranting

hanya mata air air matamu ibu,

yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau

sedap kopyor susumu

dan ronta kenakalanku

di hati ada mayang siwalan

memutikkan sari-sari kerinduan

lantaran hutangku padamu

tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku

dan ibulah yang meletakkan aku di sini

saat bunga kembang menyemerbak bau sayang

ibu menunjuk ke langit, kemundian ke bumi

aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera

sempit lautan teduh

tempatku mandi, mencuci lumut pada diri

tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh

lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku

kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan

namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu

lantaran aku tahu

engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal

Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala

sesekali datang padaku

menyuruhku menulis langit biru

dengan sajakku.

(Sumber: Antologi Puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996).

Demikianlah materi teks puisi bahasa Indonesia kelas 10, semoga bisa bermanfaat ya!

Categorized in:

Tagged in: