Is a blog that discusses website design and also shares some interesting tutorials for everyone. Make free templates and premium templates for all.
Mata Pendidikan

Lima Sikap Tercela Terhadap Harta

Merujuk pada Ahmad bin Qudamah, terdapat lima sikap tercela terhadap harta yang dilakukan manusia. Apa saja sikap tercela itu? Berikut ulasannya.

1. Rakus terhadap Harta

Apabila harta dijadikan sebagai orientasi seseorang dalam hidup, maka ia akan menjadi seorang yang tamak atau rakus terhadap harta. Hal ini disebutkan pada sebuah hadist yang berbunyi:
“Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “…. Dan siapa saja yang dunia menjadi orientasi hidupnya Allah akan meletakkan kefakiran di antara kedua matanya. Allah akan cerai beraikan urusannya dan dia tidaklah mendapatkan dunia kecuali sebesar yang Allah takdirkan untuknya” (HR Tirmidzi no 2465).

Lebih lanjut, Allah swt menggambarkan kerakusan manusia pada harta dalam Q.S al-Humazah [104]: ayat dua yang artinya “Orang yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.”

Bagaimana maksudnya?
Menurut Ibnu Utsaimin ketika menjelaskan kata wa’addadahu, dimaknai sebagai berikut: dikarenakan besarnya cinta pada harta, maka orang tersebut akan mendatangi tempat dimana ia menyimpan hartanya berulang kali, lalu menghitungnya. Ia menjadikannya menjadi berlebihan. Ia berkali-kali menghitungnya sebab besarnya rasa cinta dan khawatir jika jumlahnya akan berkurang ataupun hanya untuk sekadar menyenangkan hati bahwa ia punya sejumlah harta yang ia miliki.

Karena sikap rakus yang tercela ini, maka Nabi Muhammad saw. memiliki sebuah doa yang kerap beliau panjatkan sebelum beranjak dari duduknya yang artinya seperti berikut.

“…. Ya Allah janganlah Kau timpakan kepada kami musibah agama dan janganlah Kau jadikan dunia sebagai orientasi terbesar kami dalam hidup dan maksimal pengetahuan kami. …” (HR Tirmidzi no 3502 dari Ibnu Umar).

2. Mencari Harta Melalui Jalan yang Haram

Harta yang didapatkan lewat jalan yang haram akan menjadi tercela. Kondisi ini menjadi hal yang patut diwaspadai pada zaman ini. Nabi telah memberikan peringatan perihal ini sebelumnya, dimana pada zaman ini manusia memiliki sikap dalam menyamakan sumber pendapatan harta, tanpa peduli ia halal ataupun haram.

Disebutkan dalam sebuah hadist: Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Manusia akan menjumpai suatu masa. Orang sudah tidak peduli dari mana hartanya berasal di masa itu, apakah dari sumber halal ataukah sumber haram” (HR Bukhari nomor 1954).

3. Bersikap Sombong dan Membanggakan Harta

Dalam Q.S at-Takatsur [102]: 1 yang artinya “Berbangga-bangga dalam banyaknya harta dan lainnya telah melalaikan kalian.”
Menurut Saad asy-Syatsri, makna ayat ini adalah Allah memberikan kabar dan mencela sikap manusia yang sibuk dengat takatsur, hanya berlomba-lomba dalam jumlah nikmat duniawi yang diperoleh.

Sikap bangga terhadap harta ini muncul karena manusia menghitung-hitung harta dan nikmat duniawi semata-mata didapatkan atas usahanya sendiri tanpa peran Allah swt.

Lebih buruknya, sikap bangga umumnya diikuti oleh sikap lalai pada kewajiban manusia terhadap Allah swt untuk beribadah kepada-Nya. Mereka akan lebih mementingkan untuk berlomba mencari harta daripada melakukan kewajiban agama.

4. Tidak Menunaikan Zakat

Ada atau tidaknya kewajiban harta selain zakat masih menjadi perdebatan ulama. Meskipun demikian, selain zakat terdapat 3 kewajiban harta menurut perspektif Ibnu Rajab al-Hanbali: Pertama, jamuan tamu selama tiga hari merupakan hak menginap tamu yang berasal dari luar daerah. Kedua, untuk menjalin hubungan baik dengan kerabat. Terakhir, bantuan bencana alam, kelaparan, dll.

5. Membelanjakan Harta dengan Tidak Tepat

Terdapat dua jenis tindakan tidak tepat dalam membelanjakan harta. Pertama, tabdzir. Apa itu Tabdzir? Tabdzir merupakan tindakan membelanjakan harta untuk hal-hal yang tidak diperbolehkan agama (haram).
Kedua, israf. Apa itu israf? Israf merupakan tindakan membelanjakan harta yang diperbolehkan (halal) namun dengan kadar yang berlebih-lebihan.

Semoga kita bukan termasuk ke dalam golongan orang yang punya sikap tercela terhadap harta. Sebab apapun itu pasti berasal dari Allah swt, bukan semata-mata hasil kerja kita sendiri sebagai seorang manusia.

Posting Komentar